Negara-negara penghasil alpokat dalam skala besar adalah Amerika (Florida, California, Hawaii),
Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan. Dari tahun ke tahun
Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat.
Di Indonesia,alpukat masih merupakan tumbuhan pekarangan, belum ditaanam dalam skala usahatani. Daerah penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara.
SYARAT PERTUMBUHAN
Iklim
1) Angin diperlukan alpukat, terutama untuk proses penyerbukan. Namun demikian angin dengan
kecepatan 62,4-73,6 km/jam dapat mematahkan ranting dan percabangan
tanaman alpukat yang tergolong lunak, rapuh dan mudah patah.
2) Curah hujan minimum untuk pertumbuhan
adalah 750-1000 mm/tahun. Ras Hindia Barat dan persilangannya tumbuh
dengan subur pada dataran rendah beriklim tropis dengan curah hujan 2500
mm/tahun. Untuk daerah dengan curah hujan kurang dari kebutuhan minimal
(2-6 bulan kering), tanaman alpukat masih dapat tumbuh asal kedalaman
air tanah maksimal 2 m.
3) Kebutuhan cahaya matahari untuk pertumbuhan ini berkisar 40-80 %. Untuk ras Meksiko dan Guatemala lebih tahan terhadap
cuaca dingin dan iklim kering, bila dibandingkan dengan ras Hindia
Barat.
4) Suhu optimal untuk pertumbuhan alpukat
berkisar antara 12,8-28,3 derajat C. Mengingat tanaman alpukat dapat
tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, tanaman alpukat dapat
mentolerir suhu udara antara 15-30 derajat C atau lebih. Besarnya suhu
kardinal tanaman alpukat tergantung ras masing-masing, antara lain ras
Meksiko memiliki daya toleransi sampai –7 derajat C, Guatemala sampai
-4,5 derajat C, dan Hindia Barat sampai 2 derajat C.
1) Tanaman alpukat agar tumbuh optimal
memerlukan tanah gembur, tidak mudah tergenang air, (sistem
drainase/pembuangan air yang baik), subur dan banyak mengandung bahan
organik.
2) Jenis tanah yang baik untuk
pertumbuhan alpukat adalah jenis tanah lempung berpasir (sandy loam),
lempung liat (clay loam) dan lempung endapan (aluvial loam).
3) Keasaman tanah yang baik untuk
pertumbuhan alpukat berkisar antara pH sedikit asam sampai netral,
(5,6-6,4). Bila pH di bawah 5,5 tanaman akan menderita keracunan karena
unsur Al, Mg, dan Fe larut dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaliknya
pada pH di atas 6,5 beberapa unsur fungsional seperti Fe, Mg, dan Zn
akan berkurang.
2.3. Ketinggian Tempat
Pada umumnya tanaman alpukat dapat tumbuh
di dataran rendah sampai dataran tinggi, yaitu 5-1500 m dpl. Namun
tanaman ini akan tumbuh subur dengan hasil yang memuaskan pada
ketinggian 200-1000 m dpl. Untuk tanaman alpukat ras Meksiko dan
Guatemala lebih cocok ditanam di daerah dengan ketinggian 1000-2000 m
dpl., sedangkan ras Hindia Barat pada ketinggian 5-1000 m dpl.
Cara Budidaya
Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Bibit yang baik antara lain yang berasal
dari a) Buah yang sudah cukup tua. b) Buahnya tidak jatuh hingga pecah.
c) Pengadaan bibit lebih dari satu jenis untuk menjamin kemungkinan
adanya
persarian bersilang.
2) Penyiapan Bibit
Sampai saat ini bibit alpukat hanya dapat
diperoleh secara generatif (melalui biji) dan vegetatif (penyambungan
pucuk/enten dan penyambungan mata/okulasi). Dari ketiga cara itu, bibit
yang diperoleh dari biji kurang menguntungkan karena tanaman lama
berbuah (6-8 tahun) dan ada kemungkinan buah yang dihasilkan berbeda
dengan induknya. Sedangkan bibit hasil okulasi maupun enten lebih cepat
berbuah (1-4 tahun) dan buah yang didapatkannya mempunyai sifat yang
sama dengan induknya.
3) Teknik Penyemaian Bibit
a) Penyambungan pucuk (enten)
Pohon pokok yang digunakan untuk enten
adalah tanaman yang sudah berumur 6-7 bulan/dapat juga yang sudah
berumur 1 tahun, tanaman berasal dari biji yang berasal dari buah yang
telah tua dan masak, tinggi 30 cm/kurang, dan yang penting jaringan pada
pangkal batang belum berkayu. Sebagai cabang sambungannya digunakan
ujung dahan yang masih muda dan berdiameter lebih kurang 0,7 cm. Dahan
tersebut dipotong miring sesuai dengan celah yang ada pada pohon pokok
sepanjang lebih kurang 10 cm, kemudian disisipkan ke dalam belahan di
samping pohon pokok yang diikat/dibalut. Bahan yang baik untuk mengikat
adalah pita karet, plastik, rafia/kain berlilin. Sebaiknya penyambungan
pada pohon pokok dilakukan serendah mungkin supaya tidak dapat kuncup
pada tanaman pokok.
Enten-enten yang telah disambung
diletakkan di tempat teduh, tidak berangin, dan lembab. Setiap hari
tanaman disiram, dan untuk mencegah serangan penyakit sebaiknya tanaman
disemprot fungisida. Pada musim kering hama
tungau putih sering menyerang, untuk itu sebaiknya dicegah dengan semprotan kelthane.
Bibit biasanya sudah dapat dipindahkan ke
kebun setelah berumur 9-16 bulan, dan pemindahannya dilakukan pada saat
permulaan musim hujan
b) Penyambungan mata (okulasi) Pembuatan
bibit secara okulasi dilakukan pada pohon pangkal berumur 8-10 bulan.
Sebagai mata yang akan diokulasikan diambil dari dahan yang sehat,
dengan umur 1 tahun, serta matanya tampak jelas. Waktu yang paling baik
untuk menempel yaitu pada saat kulit batang semai mudah dilepaskan dari
kayunya. Caranya adalah kulit pohon pokok disayat sepanjang 10 cm dan
lebarnya 8 mm. Kulit tersebut dilepaskan dari kayunya dan ditarik ke
bawah lalu dipotong 6 cm. Selanjutnya disayat sebuah mata dengan sedikit
kayu dari cabang mata (enthout), kayu dilepaskan pelan-pelan tanpa
merusak mata. Kulit yang bermata dimasukkan di antara kulit dan kayu
yang telah disayat pada pohon pokok dan ditutup lagi, dengan catatan
mata jangan sampai tertutup. Akhirnya balut seluruhnya dengan pita
plastik. Bila dalam 3-5 hari matanya masih hijau, berarti penempelan
berhasil.
Selanjutnya 10-15 hari setelah
penempelan, tali plastik dibuka. Batang pohon pokok dikerat melintang
sedalam setengah diameternya, kira-kira 5-7,5 cm di atas okulasi, lalu
dilengkungkan sehingga pertumbuhan mata dapat lebih cepat. Setelah
batang yang keluar dari mata mencapai tinggi 1 m, maka bagian pohon
pokok yang dilengkungkan dipotong tepat di atas okulasi dan lukanya
diratakan, kemudian ditutup dengan parafin yang telah dicairkan. Pohon
okulasi ini dapat dipindahkan ke kebun setelah berumur 8-12 bulan dan
pemindahan yang paling baik adalah pada saat permulaan musim hujan.
Dalam perbanyakan vegetatif yang perlu
diperhatikan adalah menjaga kelembaban udara agar tetap tinggi (+ 80%)
dan suhu udara di tempat penyambungan jangan terlalu tinggi (antara
15-25 derajat C). Selain itu juga jangan dilakukan pada musim hujan
lebat serta terlalu banyak terkena sinar matahari langsung. Bibit yang
berupa sambungan perlu disiram secara rutin dan dipupuk 2 minggu sekali.
Pemupukan bisa bersamaan dengan penyiraman, yaitu dengan melarutkan
1-1,5 gram urea/NPK ke dalam 1 liter air. Pupuk daun bisa juga diberikan
dengan dosis sesuai anjuran dalam kemasan. Sedangkan pengendalian hama
dan penyakit dilakukan bila perlu saja.
Pengolahan Media Tanam
Lahan untuk tanaman alpukat harus
dikerjakan dengan baik; harus bersih dari pepohonan, semak belukar,
tunggul-tunggul bekas tanaman, serta batu-batu yang mengganggu.
Selanjutnya lahan dicangkul dalam atau ditraktor, lalu dicangkul halus
2-3 kali. Pengerjaan lahan sebaiknya dilakukan saat musim kering
sehingga penanaman nantinya dapat dilakukan pada awal atau saat musim
hujan.
Teknik Penanaman
1) Pola Penanaman
Pola penanaman alpukat sebaiknya
dilakukan secara kombinasi antara varietas¬varietasnya. Hal ini
mengingat bahwa kebanyakan varietas tanaman alpukat tidak dapat
melakukan penyerbukan sendiri, kecuali varietas ijo panjang yang
memiliki tipe bunga A. Ada 2 tipe bunga dari beberapa varietas alpukat
di Indonesia, yaitu tipe A dan tipe B. Varietas yang tergolong tipe
bunga A adalah ijo panjang, ijo bundar, merah panjang, merah bundar,
waldin, butler, benuk, dickinson, puebla, taft, dan hass. Sedangkan yang
tergolong tipe B adalah collinson, itszamma, winslowsaon, fuerte, lyon,
nabal, ganter, dan queen. Penyerbukan silang hanya terjadi antara kedua
tipe bunga. Oleh karena itu, penanaman alpukat dalam suatu lahan harus
dikombinasi antara varietas yang memiliki tipe bunga A dan tipe bunga B
sehingga bunga-bunganya saling menyerbuki satu sama lain.
2) Pembuatan Lubang Tanam
a) Tanah digali dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 75 cm.
Lubang tersebut dibiarkan terbuka selama
lebih kurang 2 minggu. b) Tanah bagian atas dan bawah dipisahkan. c)
Lubang tanam ditutup kembali dengan posisi seperti semula. Tanah bagian
atas dicampur dulu dengan 20 kg pupuk
kandang sebelum dimasukkan ke dalam lubang. d) Lubang tanam yang telah
tertutup kembali diberi ajir untuk memindahkan mengingat letak lubang
tanam.
3) Cara Penanaman
Waktu penanaman yang tepat adalah pada
awal musim hujan dan tanah yang ada dalam lubang tanam tidak lagi
mengalami penurunan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanah yang ada
dalam lubang tanam harus lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Hal ini
untuk menghindari tergenangnya air bila disirami atau turun hujan.
Langkah-langkah penanaman adalah sebagai berikut: a) Lubang tanam yang
telah ditutup, digali lagi dengan ukuran sebesar wadah
bibit. b) Bibit dikeluarkan dari
keranjang atau polibag dengan menyayatnya agar gumpalan tanah tetap
utuh. c) Bibit beserta tanah yang masih menggumpal dimasukkan dalam
lubang setinggi leher batang, lalu ditimbun dan diikatkan ke ajir.
d) Setiap bibit sebaiknya diberi naungan
untuk menghindari sinar matahari secara langsung, terpaan angin, maupun
siraman air hujan. Naungan tersebut dibuat miring dengan bagian yang
tinggi di sebelah timur. Peneduh ini berfungsi sampai tumbuh tunas-tunas
baru atau lebih kurang 2-3 minggu.
Pemeliharaan Tanaman
1) Penyiangan
Gulma banyak tumbuh di sekitar tanaman
karena di tempat itu banyak terdapat zat hara. Selain merupakan saingan
dalam memperoleh makanan, gulma juga merupakan tempat bersarangnya hama
dan penyakit. Oleh karena itu, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik
maka gulma-gulma tersebut harus disiangi (dicabut) secara rutin.
2) Penggemburan Tanah
Tanah yang setiap hari disiram tentu saja
akan semakin padat dan udara di dalamnya semakin sedikit. Akibatnya
akar tanaman tidak dapat leluasa menyerap unsur hara. Untuk
menghindarinya, tanah di sekitar tanaman perlu digemburkan dengan
hati-hati agar akar tidak putus.
3) Penyiraman
Bibit yang baru ditanam memerlukan banyak
air, sehingga penyiraman perlu dilakukan setiap hari. Waktu yang tepat
untuk menyiram adalah pagi/sore hari, dan bila hari hujan tidak perlu
disiram lagi.
4) Pemangkasan Tanaman
Pemangkasan hanya dilakukan pada
cabang-cabang yang tumbuh terlalu rapat atau ranting-ranting yang mati.
Pemangkasan dilakukan secara hati-hati agar luka bekas pemangkasan
terhindar dari infeksi penyakit dan luka bekas pemangkasan sebaiknya
diberi fungisida/penutup luka.
5) Pemupukan
Dalam pembudidayaan tanaman alpukat
diperlukan program pemupukan yang baik dan teratur. Mengingat sistem
perakaran tanaman alpukat, khususnya akar¬akar rambutnya, hanya sedikit
dan pertumbuhannya kurang ekstensif maka pupuk harus diberikan agak
sering dengan dosis kecil.
Jumlah pupuk yang diberikan tergantung
pada umur tanaman. Bila program pemupukan tahunan menggunakan pupuk urea
(45% N), TSP (50% P), dan KCl
(60% K) maka untuk tanaman berumur muda
(1-4 tahun) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing sebanyak 0,27-1,1
kg/pohon, 0,5-1 kg/pohon dan 0,2-0,83 kg/pohon. Untuk tanaman umur
produksi (5 tahun lebih) diberikan urea, TSP, dan KCl masing-masing
sebanyak 2,22-3,55 kg/pohon, 3,2 kg/pohon, dan 4 kg/pohon. Pupuk
sebaiknya diberikan 4 kali dalam setahun.
Mengingat tanaman alpukat hanya mempunyai
sedikit akar rambut, maka sebaiknya pupuk diletakkan sedekat mungkin
dengan akar. Caranya dengan menanamkan pupuk ke dalam lubang sedalam
30-40 cm, di mana lubang tersebut dibuat tepat di bawah tepi tajuk
tanaman, melingkari tanaman.