Setiap usaha pasti mempunyai faktor-faktor pendukung maupun
faktor-faktor yang melemahkan /kendala. Demikian juga dengan usaha
budidaya belimbing, kendala utama yang sering muncul dalam budidaya ini
adalah lalat buah. Untuk mengatasinya biasanya dengan pembrongsongan
yaitu bakal buah belimbing yang berumur 1 bulan setelah berbuah
dibungkus menggunakan plastik mulsa hitam perak dengan ukuran 25 x 20
cm. Tidak perlu semua bakal buah (pentil) dibungkus, pilihlah yang bagus
yaitu yang tangkainya terlihat besar dan kokoh., buahnya tidak keriput,
pinggir bintangnyapun tebal (tidak tipis). Dengan demikian pemakaian
mulsa dapat dihemat. Pada umumnya pentil yang kurang bagus kualitasnya
digugurkan supaya nutrisi tanaman terfokus pada buah-buah yang bagus
sehingga pertumbuhan tiap buahnya maksimal.
Kendala lain yang sering terjadi pada budidaya belimbing adalah
kerontokan bunga dan buah. Hal ini disebabkan kekuranga unsur hara
(makanan dari pupuk). Kerontokan juga bisa disebabkan oleh faktor alam
seperti hujan lebat. Salah satu tips untuk mengatasinya adalah
memperkuat bunga dan buah, dapat dilakukan dengan memberikan Gandasil B
sejumlah 1g/liter air atau larutan NPK dengan dosis 1 g/liter air dengan
cara disemprotkan ke tajuk tanaman. Penyemprotan dapat dilakuakan
dengan 2 cara yaitu: setiap 2 kali /minggu selama perawatan (4 bulanan)
atau diberikan setelah panen (4 bulan sekali). Pada umumnya cara kedua
lebih ekonomis sehingga banyak diterapkan. Disamping itu pembongsongan
yang dilakukan untuk mencegah lalat buah juga dapat membantu melindungi
buah dari terpaan air dan angin pada saat hujan lebat.
Pada artikel sebelumnya kita telah membahas kondisi terbaik yang mendukung budidaya belimbing. Bagaimana apabila daerah yang akan kita jadikan lokasi budidaya tidak sesuai dengan syarat pertumbuhan optimalnya. Misalnya saja daerah-daerah yang beriklim kering yakni kompisisi bulan basah 4-7 bln dan bulan kering 4-7 bln. Belimbing Dewa ini bisa dibudidayakan dengan syarat pengairannya cukup. Pengairan selain mengandalkan air hujan, dapat dibantu dengan penyemprotan air kran sebanyak 2 kali sehari pagi dan sore. Alternatif lain dengan sistem irigasi tetes berupa penggunaan alat penyiram tanaman, yaitu air tanah (sumur) ditampung dengan toren yang dihubungkan dengan selang utama. Kemudia dari selang utama akan tersambung ke selang-selang lainya yang tersebar masing-masing mengelilingi pohon belimbing. Pada selang lanjutan tersebut , masing-masig terdapat 10 lubang kecil sebagai tempat keluarnya air. Sehingga penyiraman dapat dilakukan lebih praktis dan lebih efisien, dengan hanya membuka keran utama masing-masig pohon akan tersiram dengan otomatis dari lubang-lubang pada selang yang mengitari pohon.
Daerah-daerah yang tergolong daearah beriklim kering yaitu Nusa
Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan, Jepara, Tuban, Demak, Blitar,
Tulungagung, Lamongan, Bojonegoro serta Karawang.
Budidaya pada kondisi ekstrim
Air merupakan faktor yang sangat penting dalam budidaya ini. Di
Indonesia kita mengenal ada 2 iklim yaitu penghujan dan kemarau. Pada
musim hujan, kadangkala kondisi tanah menjadi sangat basah dan lembab.
Pada umumnya buah-buahan yang dihasilkan menjadi kurang manis. Hal ini
dapat diatasi dengan membuat saluran pembuangan air (drainase) dan untuk
menjaga rasa buah supaya tetap manis dengan kandungan air yang tinggi,
dengan cara pemberian tambahan pupuk KCL dengan dosis 2 kg/pohon yang
diberikan ketanah, dengan cara di sebar di sekeliling pohon dengan jarak
1 m. Pemberian pupuk tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan
pemberian NPK. Sedangkan pada musim kemarau kekuragan air juga menjadi
kendala. Jika pada saat pembentukan buah tanaman kekurangan air, akan
menyebabkan terjadinya penyusuan air. Pada musim kemarau ini dapat
dilakukan pengadaan air seperti cara yang digunakan pada daerah kering
yang telah dijelaskan diatas.